Monthly Archives: August 2012

Pemimpin Startup: Pelayan, Pencuci Piring & Pemadam Kebakaran

Suatu hari Saya pernah ditanya oleh calon istri saya (waktu itu), mengapa saya menulis job desc saya adalah: “beres-beres, bersih-bersih, bantu-bantu”. Padahal saya kan owner?

Malu-maluin? Tunggu dulu.

Memimpin sebuah perusahaan startup berbeda jauh dengan memimpin perusahaan besar yang sudah mapan. Walaupun startup itu sebuah PT. Di perusahaan startup seperti kami, belum ada orang atau karyawan yang memiliki pengalaman kerja di atas 5 tahun, kecuali saya sendiri, ownernya sendiri. Rata-rata mereka baru bekerja 2-3 tahun. Waktu yang masih terlalu sedikit untuk bisa dibilang berpengalaman.

Beberapa karyawan memang sudah berpengalaman di perusahaan lain selama 2-3 tahun, bahkan ada yang sudah puluhan tahun. Namun, pengalaman di tempat yang lama ternyata tidak efektif untuk diterapkan di perusahaan kami. Ada yang sudah ketinggalan jauh, ada yang kulturnya berbeda jauh sekali. Jadi mereka sebetulnya mulai dari nol.

Dengan pengalaman yang minim seperti itu, praktis pekerjaan yang dilakukan masih jauh dari efektif, masih banyak kemampuan yang belum dikuasai supaya kualitas kerjanya baik. Sehingga masih banyak kesalahan-kesalahan yang terjadi karena ketidaktahuan.

Oleh sebab itu saya sering terjun langsung, baik bekerja bersama mereka atau mengerjakan sendiri, untuk membantu proses problem solving. Mau tidak mau harus begitu sebab untuk menguasai kemampuan yang dibutuhkan, perlu training dan butuh waktu. Untuk bidang-bidang tertentu seperti Developer, IT Support perlu rekrut lagi, juga butuh waktu.

Di sini lah saya berperan sebagai pelayan atau helper, yang tugasnya bantu-bantu. Selain itu sebagai “pencuci piring” yang tugasnya membereskan pekerjaan yang belum tuntas. Juga sebagai “pemadam kebakaran” yang tugasnya mengatasi masalah yang terlanjur muncul. Saya tahu pekerjaan tersebut sifatnya mendesak namun tidak bernilai tambah.

Terus terang, banyak sekali waktu saya habis untuk pekerjaan tersebut sehingga waktu yang tersisa sebagai pemimpin menjadi sedikit sekali, tinggal 10% saja. Untungnya masih bisa dimanfaatkan untuk mengerjakan hal-hal yang lebih penting seperti: memikirkan strategi jangka panjang, evaluasi, membaca buku, ikut training, bergaul, dan lain-lain.

Di sini saya ambil banyak pelajaran:

  1. Pengalaman kerja orang tidak boleh diukur dari lama bekerja, tapi dari seberapa efektifnya mereka dalam melakukan pekerjaan tersebut.
  2. Sebagai pemimpin, kita harus pandai-pandai mengemat waktu dan energi supaya tidak habis untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak bernilai tambah.
  3. Manfaatkan waktu yang tinggal sedikit untuk terus tumbuh mengembangkan diri dengan membaca, belajar, ikut pelatihan, dan lain-lain.
  4. Selalu upgrade kapasitas tim dengan memberikan pelatihan, memberikan pendidikan, dan kesempatan untuk melakukan pekerjaan dengan tanggung jawab yang lebih.

Tanpa itu semua, kita akan terjebak seolah-olah menjadi Superman yang bisa segalanya. Dikeliling karyawan yang banyak, tapi tidak bisa diandalkan. Kita yang menggaji mereka, tapi kita yang capek sendiri. Betul?

Pengalaman Kerja yang Tidak Bermanfaat

Pengalaman Kerja yang Tidak Bermanfaat

Pengalaman Kerja yang Tidak Bermanfaat

Salah satu hasil yang diperoleh orang ketika bekerja adalah pengalaman kerja. Orang yang berpengalaman tentu memiliki kualitas hasil kerja yang jauh lebih baik dan lebih efektif dari orang yang tidak berpengalaman. Dengan makin banyak pengalaman, mencoba teknik-teknik baru, membuat kesalahan, orang akan menemukan kebijaksanaan dan pengetahuan yang lebih baik. Dengan pengalaman berkualitas, orang memiliki nilai tambah yang unik, sehingga kualitas pribadinya lebih dari sekedar gaji, tunjangan dan bonus belaka.

Namun ada kalanya pengalaman kerja tidak bermanfaat. Karyawan yang sudah berpengalaman puluhan tahun di perusahaan lain belum tentu berguna di perusahaan kita. Seringkali terjadi, kita terpukau oleh curriculum vitae calon karyawan yang menunjukkan pengalaman puluhan tahun. Namun kualitas kerjanya tidak lebih baik dari seorang pemula yang belum berpengalaman. Oleh sebab itu para pengusaha harus jeli dalam mempelajari calon karyawannya.

Saya ingin share pengalaman saya dalam merekrut dan menilai calon karyawan berdasarkan pengalamannya. Inilah pengalaman kerja yang sama sekali tidak bermanfaat di perusahaan kita:

1. Pengalaman yang Tidak Relevan

Pengalaman puluhan tahun sebagai operator mesin pabrik tentu tidak akan bermanfaat untuk posisi IT Engineer misalnya. Walaupun yang bersangkutan sudah ahli dalam mengoperasikan mesin pabrik, namun jika posisi yang baru betul-betul berbeda dengan latar belakang keahliannya, maka dia perlu belajar lagi dari nol. Sama saja dengan belum berpengalaman bukan?

2. Pengalaman 1 tahun yang DIULANG berkali-kali

Pengalaman di bidang IT selama 10 tahun itu berbeda dengan pengalaman di bidang IT selama 1 tahun diulang sebanyak 10 kali. Pengalaman selama 10 tahun diharapkan ada peningkatan kualitas kerja, makin efektif dalam bekerja, kecilnya tingkat kesalahan yang ditimbulkan. Jika tidak ada improvement dalam kualitas kerja, tidak makin efektif, tingkat kesalahan makin banyak, itu ciri-ciri pengalaman 1 tahun yang diulang-ulang berkali-kali.

3. Pengalaman yang Pendek-Pendek (short term)

Saya pernah melihat CV yang isinya cukup panjang. Sudah pernah bekerja di banyak perusahaan, namun masa kerjanya pendek-pendek. Antara 6 bulan s/d 1 tahun. Pengalaman dengan kualitas seperti apa yang bisa kita serap jika masa kerjanya pendek-pendek begitu? Siklus bisnis seperti apa yang bisa berulang dalam periode 6 bulan s/d 1 tahun? Loyalitas dengan kualitas seperti apa yang akan didapatkan dengan masa kerja pendek-pendek begitu? Mengapa perusahaan sebelumnya tidak mau memperpanjang kontrak kerjanya?

Saya sendiri pernah bekerja di sebuah yayasan pendidikan selama 6 bulan, setelah itu bisnis sendiri. Saya merasa pengalaman sebelumnya sangat minim dan merasa tidak memperoleh pengalaman yang berkualitas.

Penutup

Pengalaman tidak sama dengan pelajaran. Pengalaman bisa kadaluarsa, oleh sebab itu perlu belajar terus menerus. Supaya pengalaman sebelumnya tetap relevan, tetap berkualitas, dan bisa diterapkan di tempat kerja yang baru.

Pelajaran tidak sama dengan perbaikan. Tanpa perbaikan, pelajaran yang kita dapatkan dari pengalaman kerja sebelumnya tidak ada artinya. Itulah sebabnya ada beberapa orang yang berpengalaman, tapi kualitas kerjanya sama saja bahkan lebih rendah dari pada lulusan fresh graduate.

Penting diingat bahwa kita harus mencari SDM BERKUALITAS & BERGUNA, tidak sekedar yang BERPENGALAMAN.

Semoga bermanfaat