Monthly Archives: July 2013

Bincang Bisnis PAS FM – 17 Juli 2013

pass-fm

Beberapa hari yang lalu saya ditelepon oleh Radio PAS FM Jakarta 92,4 FM. Ternyata mau wawancara via telepon untuk acara Bincang Bisnis. Hasil wawancara tersebut telah disiarkan di jaringan radio PAS FM pada hari Rabu 17 Juli 2013 kemarin. Berikut hasil wawancaranya yang bisa Anda download atau streaming. Terima kasih kepada Radio PAS FM untuk kesempatan sharingnya dan membuatkan file mp3 rekamannya sehingga bisa tersedia di website ini.

  1. BINBIS-17Juli2013-Rabu-cut1-Voucha-software.mp3 (6MB)
  2. BINBIS-17Juli2013-Rabu-cut2-Voucha-software.mp3 (5,6MB)

Semoga bermanfaat.

Pengusaha Kerja (Minimal) 90 Jam Seminggu

Di dunia kerja, umumnya karyawan bekerja selama 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Skema ini biasa dikenal dengan skema 8×5. Untuk yang bekerja 6 hari seminggu, biasanya menggunakan skema 7×6. Pada hari Sabtu, mereka pulang cepat pada jam 2 siang. Terima kasih kepada kaum buruh sosialis di Inggris yang membuat gerakan 8 jam sehari pada tahun 1810. Tanpa mereka, Anda mungkin masih harus bekerja 10 – 16 jam sehari seperti awal Revolusi Industri di Eropa. (Baca: Eight Hour Day)

Eight hour day movement

Eight hour day movement

Bagaimana dengan pengusaha? Berapa jam kerja rata-rata yang dimiliki para pengusaha?
Continue reading

Divide By Zero Syndrome

Selama satu pekan terakhir ini saya mempelajari ekonomi dan bisnis dari software open source. Hasilnya saya menemukan penyebab utama mengapa beberapa proyek open source gagal dengan alasan sepi dari kontributor, tidak dilanjutkan lagi, yatim piatu ditinggalkan developernya.

Simple saja ternyata, istilahnya “Divide By Zero Syndrome” yang lazim dimiliki para developer open source yang menganggap bahwa cost dari proyek itu NOL, sama dengan pricenya yang Free-As-Free-Beer. Harap maklum, kebanyakan developer bukan orang bisnis, bukan orang ekonomi. Termasuk saya 😀

Division by Zero

Division by Zero

Untuk menjelaskannya, kita perlu pahami dulu bersama bahwa membuat software, membuat produk itu pada dasarnya menciptakan VALUE yang dibutuhkan orang lain. Value didefinisikan customer sebagai perbandingan antara fitur dan manfaat (benefit) dengan biaya (cost) dan upaya (effort) yang harus dikeluarkan.

VALUE = (FEATURE+BENEFIT) / (COST+EFFORT)

Di sisi customer, jika FITUR dan BENEFIT lebih besar dari COST+EFFORT, maka VALUE produk tersebut tinggi. Sebaliknya, jika FEATURE+BENEFIT lebih kecil dari COST+EFFORT maka VALUE produk tersebut rendah. Karena open source adalah gratis, maka COST = 0.

VALUE = (FEATURE+BENEFIT) / EFFORT

Di sini perlu kita camkan baik-baik, walau bagaimanapun effort tidak bisa nol. User awam butuh training, butuh support, dan lain-lain. Orang tetap perlu baca dokumentasi, manual, diskusi di forum. Itu semua adalah effort yang perlu dikeluarkan oleh user.

Free software is really free if your time is priceless.

Software gratis benar-benar gratis jika waktu Anda juga gratis. Pada prakteknya waktu Anda tidak pernah gratis. Umur Anda terbatas. Sebagai user waktu Anda terbatas dan tugas Anda bukan melakukan compile, hacking, mengirim patch, memberi kontribusi, baca dokumentasi dan lain sebagainya. Tugas Anda adalah menjalankan bisnis dengan tools yang tersedia. Di sinilah letaknya software komersial dengan open source, mereka biasanya memberikan support untuk customer yang waktunya terbatas. Di sini user menukar uang mereka dengan waktu yang bisa dihemat lewat layanan support yang diberikan.

Bagaimana jika Anda sebagai developer? Apakah waktu Anda juga gratis? Tentu saja tidak. Sebagai developer waktu Anda tidak gratis. VPS atau dedicated server Anda juga berbayar. Bandwidth tidak gratis. Domain untuk website juga tidak gratis. Namun sebagai developer Anda bisa menukar waktu Anda menjadi cash dalam bentuk layanan support. Inilah yang lazim ditemukan di dunia open source. Developer membuat software dan menyediakan support berbayar yang biasanya dipakai oleh pelanggan enterprise atau premium. Business Model ini lazim disebut dengan Freemium. (Baca: Business Model Generation)

Problemnya adalah, pertama kebanyakan developer open source tidak punya layanan support yang memadai. Mereka bekerja sebagai developer sekaligus technical support sehingga tumpang tindih. Kalau sudah begini, kerjaan tidak ada yang beres. Development akan terganggu dengan banyaknya tiket support yang masuk, namun supportnya juga payah karena tidak semua bisa dilayani dengan baik. Hal ini menyebabkan BENEFIT dari produk tersebut turun sehingga customer tidak mau menyewa layanan support mereka. Akibatnya business model freemium tidak bisa jalan.

Division by Zero

Division by Zero

Kedua, perlu dicatat pula bahwa business model Freemium membutuhan userbase yang sangat besar, yaitu mulai dari skala ratusan ribu sampai jutaan. Sebab konversi dari userbase menjadi customer itu sangat kecil, paling besar cuma 1%. Sehingga untuk mendapatkan 1 customer, Anda membutuhkan setidaknya 100 user base. Jika bisnis Anda membutuhkan setidaknya 1000 customer, maka anda perlu user base minimal 100.000 orang.

Jika jumlah tersebut tidak tercapai, Anda tidak ada penghasilan yang cukup dan sustain/langgeng untuk menjaga supaya development software bisa terus jalan. Saya tidak begitu menyarankan menggunakan sistem donasi sebab Anda akan sangat tergantung pada kerelaan orang lain untuk memberi donasi.

Jika tidak bisa sustain, bisa dipastikan proyek Anda akan segera Anda tinggalkan sebab Anda harus mencari proyek lain, pekerjaan lain untuk menutupi biaya development. Betul kan? Jika Anda sendiri tidak mau melanjutkan proyek tersebut, apalagi kontributor yang lain? Belum tentu orang lain mau.

Penyebab semua itu menurut saya adalah kesalahan mindset, yaitu mindset sebagai user digunakan oleh developer dalam mengembangkan softwarenya. Ini oke-oke saja untuk software komersial sebab costnya tidak nol. Tapi sangat berbahaya untuk software open source sebab menimbulkan error “Division by Zero” 😀

Ini adalah penjelasan dari sudut pandang bisnis dan ekonomi. Makanya perlu belajar disiplin ilmu lain yang memang dibutuhkan. Ada nasihat begini, Orang sukses tidak mengumpulkan gelar tapi dia hanya mengakuisisi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan.

Semoga bermanfaat.

Cashflow & Resiko Membuat Produk

Pada tulisan saya yang berjudul 5 Jenis Bisnis Berdasarkan Cash Flow saya menjelaskan bahwa cashflow yang kami jalankan adalah cashflow bulanan. Perlu dicatat bahwa cashflow bulanan itu baru terjadi ketika produknya sudah ada, sudah layak pakai, sudah diterima oleh pasar atau konsumen. Sehingga konsumen atau mitra pengguna mau membayar. Kalau produknya belum diterima oleh pasar, tentu tidak ada yang mau membayar dan tidak terjadi cashflow bulanan.

Bagaimana ketika produk belum jadi atau sedang dalam proses pengembangan?
Continue reading

Bersyukur untuk Q2-2013

Plants Growth

Saya hanya ingin mengucapkan puji syukur, alhamdulilah karena pencapaian PT. Sandiloka pada periode Q2-2013 (kuartal kedua 2013) ini akhirnya POSITIF atau dengan kata lain mencetak laba. Pencapaian laba ini disebabkan oleh arus kas operasional yang positif. Arus kas operasional yang positif menunjukkan bahwa perusahaan kita sehat secara fundamental. Bukan karena dikasih hutang atau disuntik modal lagi dari luar.

Mengapa perlu disyukuri?
Continue reading