Update Otomatis

Pada bulan September 2008, Google memperkenalkan Google Chrome sebuah web browser revolusioner berbasis Webkit. Desain aplikasinya yang multi-process, Javascript Engine V8 dan rendering engine Webkit menjadikannya browser yang superior dibandingkan Mozilla Firefox dan Internet Explorer.

Namun seperti software pada umumnya, ribuan bug telah dilaporkan. Sebagian besar adalah crash report. Ya, tidak ada kekuatan satu pun di dunia ini yang menjamin bahwa aplikasi Anda benar-benar 100% bersih dari bug. Kini Google Chrome menghadapi masalah klasik yang dialami software lainnya, yaitu update.

Pada bulan Januari 2009, Google Chrome memperkenalkan fitur Automatic Update. Chrome akan memeriksa update terbaru tiap 5 jam. Jika ada update, Chrome akan mendownload update terbaru tersebut kemudian mengeksekusi update terbaru tersebut tanpa campur tangan user. Cara seperti ini banyak dikritik oleh pengguna Chrome, terutama para programmer dan software developer senior sebagai cara yang tidak sopan. Namun Google tetap melanjutkan fitur update otomatis ini.

Fitur ini dibuat menggunakan sebuah komponen bernama Omaha, yaitu komponen untuk melakukan update otomatis untuk semua produk Google di Windows. Omaha, seperti halnya Chrome juga tersedia dalam lisensi opensource.

Beberapa tahun berlalu, hasilnya Google Chrome menjadi web browser paling stabil saat ini. Dalam tempo 21 hari, semua pengguna telah menggunakan update Chrome versi terbaru. Ini penting sekali bagi software developer, mungkin anda pernah mengalami problem seperti ini:

1. Laporan Bug Berulang

Sebuah bug yang dilaporkan telah berhasil kita perbaiki dan kita rilis updatenya. Namun bulan depan, bug tersebut kembali dilaporkan oleh user yang sama, atau bisa juga oleh user yang berbeda. Kita sebagai developer melakukan pemeriksaan mengapa bug yang sudah kita solve tersebut masih muncul. Ternyata penyebabnya adalah mereka, para user masih menggunakan versi lama. Pantas saja muncul lagi.

Bayangkan jika ada ratusan yang seperti itu, bahkan ribuan. Bug fixing menjadi pekerjaan yang menyebalkan dan sulit dikelola.

2. Downgrade

Hampir mirip dengan sebelumnya. User telah melakukan update ke versi terbaru. Problem lama berhasil kita atasi dan berjalan baik. Namun, ditemukan bug baru yang berbeda. Walaupun sifatnya minor (tidak begitu penting), user akhirnya memutuskan untuk balik ke versi lama. Akhirnya problem atau bug di versi lama, terjadi lagi.

3. Support & Testing

Pada umumnya Technical Support bukan orang yang mengerti programming. Ketika sebuah bug ditemukan di versi terbaru, Technical Support biasanya tidak mau repot atau tidak mau mengeluarkan effort untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Mereka dengan spontan akan menyarankan agar user balik ke versi lama saja. Dan ketika ada versi terbaru dirilis, support terbiasa menyarankan agar user jangan update dulu.

Ini menyulitkan proses pengembangan, di mana kita memerlukan feedback untuk melakukan perbaikan. Sampai hari ini Technical Support kami masih saja menangani problem-problem yang berulang disebabkan user tidak melakukan update ke versi terbaru.

Otomatiskan!

Semua masalah tersebut sebetulnya mudah diatasi dengan cara lakukan update secara otomatis. Jangan mengandalkan user, mereka tidak akan sempat membaca pengumuman. Jangan andalkan support, mereka tidak ada waktu untuk melaporkan bug.

Oleh sebab itu saya pribadi sepakat dengan metode silent update atau automatic update seperti Google Chrome. Dengan cara tersebut, kita sebagai developer tidak perlu dipusingkan oleh problem-problem yang saya sebutkan sebelumnya. Terutama untuk laporan bug yang berulang.

Referensi: 

http://www.techzoom.net/publications/silent-updates/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.