Mulai bulan ini, kami di PT Sandiloka melakukan uji coba sistem kerja jarak jauh. Istilah lain yang banyak dikenal adalah Work at Home (Kerja di Rumah), Karyawan Jarak Jauh, Bekerja Remote, dan istilah-istilah lainnya. Untuk percobaan, kami menerapkannya untuk posisi Technical Support.
Problem Yang Dipecahkan
Sistem Kerja Jarak Jauh atau Kerja di Rumah ini dapat memecahkan problem-problem yang kami hadapi, di antaranya:
- Ada SDM bagus yang kami butuhkan dan dia mau bekerja untuk Sandiloka. Namun dia tinggal di kota lain dan tidak dapat meninggalkan keluarganya di sana.
- Ada beberapa pekerjaan yang fitrahnya (by nature) membutuhkan fleksibilitas tinggi, bukan rutinitas. Jika dipaksa mengikuti rutinitas jadwal kantor, justru kontra produktif. Misalnya programmer, desainer, marketing.
- Makin banyak orang yang direkrut, makin banyak membutuhkan ruangan dan perangkat lain. Jika dipaksa maka ruangan hanya sekedar penuh, tapi belum tentu produktif karena suasananya tidak kondusif.
- Biaya transportasi makin tinggi akibat kenaikan harga BBM. Mereka yang berangkat ke kantor naik angkot, bus, atau naik kendaraan sendiri, pasti merasakan dampaknya. Berapapun tunjangan transport yang diberikan perusahaan, tidak terasa manfaatnya.
- Kemacetan yang parah menyebabkan sebagian besar waktu kita habis di jalan, bukan untuk menghasilkan uang. Energi kita juga habis di jalan, sehingga energi yang tersisa sangat sedikit untuk menghasilkan karya yang baik kualitasnya.
Tantangan
Ada beberapa tantangan yang kami hadapi saat ini:
- Bagaimana kita melakukan penilaian kinerja yang adil, dengan situasi karyawan terpencar di mana-mana? KPI tradisional masih efektif?
- Pekerjaan-pekerjaan tertentu seperti programming memerlukan kerahasiaan (confidentiality), bagaimana kita menjamin bahwa rahasia perusahaan atau rahasia customer tidak bocor? Kalau rahasia negara bagaimana?
- Kebersamaan & ikatan batin tidak dapat digantikan oleh status online di dunia maya. Salah satu kebutuhan kita ke kantor adalah untuk bertemu orang-orang, karena manusia adalah mahluk sosial. Interaksi tetap dibutuhkan sebagai sarana memenuhi kebutuhan akan kebersamaan dan ikatan batin. Tim tidak dapat dibentuk, tanpa ikatan batin antar anggotanya.
- Kontrol terhadap hasil (update 19-Nov-2014). Berhubungan dengan poin ke-1. You get what you INSPECT, not what you EXPECT! Blusukan dong? 😀
System & Tools
Beberapa sarana pendukung yang dapat mewujudkan sistem kerja jarak jauh:
- Koneksi internet berkualitas. Tidak perlu secepat Korea yang penting stabil apapun kondisi cuacanya 😀
- Server VPN (Virtual Private Network), supaya tim dapat mengakses resources (file, database, printer, scanner, build machine) yang hanya boleh diakses dari jaringan lokal. Namun di Indonesia sepertinya akses VPN ini mulai diblokir oleh operator seluler.
- Knowledge Base untuk menyimpan dan menyebarkan pengetahuan ke anggota tim yang lain. Supaya tidak ada gap skill yang sangat jauh antara anggota tim. Knowledge Gap & Skill Gap adalah masalah klasik yang menyebalkan di mana-mana.
- Repository internal menggunakan Git. Ini sih sudah wajib di dunia software development di manapun. Hare gene belom pake source control? Please deh.
- Issue Tracking System atau Bug Tracking System untuk memonitor masalah pada produk atau bug.
- Collaboration System menggunakan Redmine. Supaya tim dapat memonitor progress sebuah pekerjaan atau project dan saling membantu satu sama lain.
- Video Conference. Supaya kita bisa mendiskusikan sesuatu dengan cepat tanpa miskomunikasi. Bisa pakai Skype, Google Hangout, apa sajalah yang penting lancar.
- Listrik yang stabil! (Update 19-November-2014). Semua poin 1 s/d 7 itu tidak akan bisa terwujud kalau listriknya sering mati seharian karena gardunya terbakar tiap bulan, trafonya meledug. Apa harus punya baterai cadangan untuk suplai listrik berjam-jam? Apa tiap karyawan harus beli genset?
Peralatan Kerja yang harus disediakan Karyawan
Semua sistem tersebut tentu dapat dijalankan jika karyawan memiliki peralatan kerjanya sendiri. Berikut peralatan kerja yang perlu disiapkan:
- Komputer. Boleh PC atau laptop. Tidak perlu spesifikasi tinggi seperti mesin game. Tidak peduli OS apa yang digunakan. Boleh pakai Windows, Linux, Mac maupun BSD (ada yang pake BSD untuk desktop?)
- Router & Switch. Perangkat jaringan seperti router & switch untuk koneksi kabel UTP.
- WiFi/Access Point. Perangkat jaringan untuk akses menggunakan Wireless.
- Koneksi Internet. Lebih diutamakan akses ADSL atau kabel. Tapi kalau tidak terjangkau, bisa menggunakan 3G yang dapat diandalkan.
Posisi/Pekerjaan yang dapat dilakukan jarak jauh
Dari situasi, problem, tantangan, system & tools yang dibutuhkan, apakah semua pekerjaan dapat dilakukan jarak jauh? Mungkin saja. Akhirnya nanti kantor cuma ditongkrongin sama satpam & office boy 😀
Nggak gitu juga lah. Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, sifat dari pekerjaan tertentu membuatnya bisa dilakukan jarak jauh.
- Software Development. Langsung berorientasi pada hasil/deliverables, tinggal dimonitor lewat commit di repository, status bugfix di bug report atau status di Redmine.
- Sysadmin. Dalam kondisi normal, di mana infrastruktur di kantor berjalan dengan baik, sysadmin dapat bekerja memonitor di rumah. Namun dalam kondisi darurat, dalam masa pengembangan, ini tidak dapat dilakukan.
- Support. Kami sudah menggunakan sistem tiket berbasis web yang dapat diakses lewat internet sehingga support bisa bekerja dari rumah, dan membantu customer tanpa harus datang ke kantor.
Semua pekerjaan yang Non-Rutin namun Bernilai Tambah, sepertinya bisa dilakukan secara remote.
Posisi/Pekerjaan yang TIDAK dapat dilakukan jarak jauh
Beberapa pekerjaan ini ternyata tidak akan tergantikan oleh internet dan kerja jarak jauh. Pekerjaan tersebut memiliki sifat Rutin dan Membutuhkan Interaksi Fisik di antaranya:
- Training & Coaching. Ini tugas atasan, manajer dan juga trainer. Walau bagaimanapun juga, kegiatan ini tidak bisa digantikan secara remote. Sebab kegiatan ini membutuhkan interakasi fisik, ada roleplay. Dan selama masa pembinaan atau masa training, mau nggak mau peserta juga harus datang ke kantor.
- Operasional Rutin. Kegiatan operasional rutin seperti cleaning service, security, administrasi, dan sebagainya terikat dengan sumber daya dan peralatan kerja di kantor. Mau nggak mau ya harus dikerjakan di kantor.
Syarat karyawan dapat bekerja jarak jauh
Bekerja di rumah, atau bekerja jarak jauh sangat berbeda dengan bekerja di kantor. Jika di kantor ada atasan yang mengawasi, ada kawan-kawan yang membantu memecahkan persoalan, ada peralatan kerja yang memadai dan koneksi internet gratis. Bekerja di rumah atau bekerja jarak jauh tidak seperti itu.
Oleh sebab itu supaya kerja di rumah atau kerja jarak jauh ini bisa berhasil ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh karyawan yaitu:
- Self-Motivated. Jika Anda mampu memotivasi diri sendiri, tidak perlu disuruh-suruh, tidak membutuhkan motivasi dari atasan atau rekan kerja, Anda bisa bekerja di rumah. Tapi kalau Anda tidak bisa memotivasi diri sendiri, Anda akan kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tidak semua orang Self-Motivated lho. 🙂
- Kualitas Kerja. Kualitas kerja didefinisikan sebagai kesesuaian antara standard dan hasil pekerjaan. Jika Anda mampu men-deliver hasil kerja di atas standar yang dibutuhkan, Anda bisa kerja di rumah, tidak perlu ke kantor. Tapi jika hasil kerja Anda belum memenuhi standard, perlu banyak perbaikan, perlu bimbingan dan training, Anda perlu kerja di kantor.
- Self-Report. Nah ini salah satu faktor yang jarang dibahas, kebanyakan setelah kerja di rumah atau kerja jarak jauh, malah ngga bikin report. Baru bikin report kalau disuruh. Lho ini sih kontraproduktif namanya. Kalau sudah kerja di rumah, atau kerja jarak jauh, Anda harus punya komitmen bisa mengirim laporan walaupun tidak diminta.
Penutup
Semua yang saya paparkan di atas mungkin tidak ada landasan teorinya. Tidak akan dianjurkan oleh para pakar HRD. Tidak akan diajarkan oleh para konsultan dan lembaga training. Jadi ini memang eksperimen, bisa berhasil bisa juga gagal. Namanya juga uji coba. Jika berhasil, kita teruskan. Jika gagal, kita pelajari mengapa hasilnya tidak sesuai keinginan.
Yang jelas tidak ada yang dikorbankan dalam uji coba ini. Semua orang, khususnya saya tetap bertanggung jawab jika program ini gagal. Setidaknya kami di Sandiloka sudah berupaya melakukan terobosan, memecah kebuntuan berpikir. Meninggalkan pengetahuan teoritik yang tidak relevan untuk problem yang kami hadapi.
Bismillah saja. Berhasil, tidak berhasil, tetap thank you 🙂
Jadi tolong jika Anda mau meniru, hati-hati ya… belum tentu relevan dengan problem dan situasi yang Anda hadapi. Use it at your own risk 😀