Monthly Archives: April 2015

Sudah Lulus Kuliah Tapi Sulit dapat Pekerjaan

Mungkin inilah salah satu problem yang banyak kita temukan di Indonesia. Kalau jaman dulu, banyak orang yang tidak kuliah sehingga sulit dapat pekerjaan. Tapi jaman sekarang, banyak juga yang sudah kuliah/sarjana tapi sulit dapat pekerjaan. Apa penyebabnya?

Disclaimer: Ini pendapat pribadi saya, berdasarkan analisa yang seadanya.

1. Tidak Punya Keahlian yang Dibutuhkan

Salah satu hasil yang membedakan antara orang yang belajar di bangku sekolah dan menjadi sarjana, adalah keahlian (expertise). Namun tidak sekedar keahlian, tapi keahlian yang dibutuhkan orang banyak.

Keahlian ini berasal dari beberapa faktor yaitu bakat/potensi dan proses belajar/penggemblengan. Keahlian tidak mesti dilihat dari nilai-nilai akademis, tapi dapat dilihat dari hasil kerjanya. Jika tidak punya keahlian, ijasah hanya selembar kertas tanpa nilai apa-apa.

Keahlian tidak hanya melulu soal skill/kompetensi, tapi juga tingkat keberhasilan. Percuma punya skill kalau tidak digunakan dan tidak pernah berhasil sama sekali.

2. Tidak Punya Track Record Yang Baik/Tidak bisa dipercaya

Selain keahlian, faktor lainnya adalah track record atau reputasi atau nama baik. Bisa jadi kita ahli dalam ilmu komputer. Tapi ternyata dulu pernah melakukan kejahatan seperti fraud, mencuri, menipu orang, atau merugikan orang. Atau mungkin saja ada tanggung jawab yang tidak dipenuhi sehingga orang lain dirugikan. Atau mungkin pernah merugikan perusahaan sebelumnya. Itu semua dapat merusak track record kita.

Penting sekali menjaga nama baik atau track record supaya kita mendapatkan pekerjaan yang berkah. Walaupun masih mahasiswa atau belum bekerja. Pertama kali biasanya masih kecil-kecilan, tapi karena dipercaya banyak orang akhirnya tumbuh jadi besar.

Jika tidak punya nama baik, lama-lama orang lain tidak akan percaya lagi kepada kita dan akhirnya suatu saat nanti kita kesulitan mendapatkan kesempatan bekerja dengan orang lain.

3. Tidak Punya Pergaulan Yang Berkualitas

Pergaulan seperti tanah tempat pohon bertumbuh. Jika tanahnya bagus, maka pohon tumbuh subur. Jika tanahnya jelek, pohon sulit tumbuh bahkan bisa mati. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang berkualitas, kita akan tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas pula. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang tidak berkualitas, pengangguran, pemalas, maka kita juga akan menjadi seperti mereka.

Pilih pergaulan yang berkualitas bukan berarti diskriminasi. Bukan berarti maunya bergaul dengan socialita yang kaya-kaya saja. Kaya raya belum tentu berkualitas. Siapa tahu yang kaya itu suaminya atau bapaknya atau kakeknya. Tapi lihat nilai-nilai apa yang diwujudkan dalam kebiasaannya.

Pergaulan yang berkualitas, orang-orangnya memiliki nilai-nilai yang mendukung kita tumbuh. Orang-orangnya mendukung apa yang kita kerjakan.

Pergaulan yang berkualitas artinya jaringan dan kesempatan yang berkualitas pula. Ikuti organisasi-organisasi atau perkumpulan yang baik misalnya Ikatan Alumni, Himpunan Insinyur, Asosiasi, Komunitas, dan lain sebagainya.

4. Tidak Ada Kesempatan/Tidak Mau Hijrah

Ada kalanya kampung halaman bukan tempat yang baik untuk tumbuh. Kesempatan berkembang ada di kota lain yang jauh, atau di negara lain. Kalau begitu, maka hijrahlah merantau ke tempat lain.

Merantau bukan hanya mencari kesempatan tapi menggembleng diri sendiri supaya tahan banting, lebih tangguh, punya wawasan luas, dan tidak malas. Sayangnya banyak sekali kawan-kawan kita di kampung halaman tidak mau merantau karena terlalu nyaman.

5. Gengsi

Salah satu yang membuat orang susah dapat pekerjaan adalah gengsi. Tidak mau melakukan pekerjaan rendahan. Tidak mau dibayar rendah. Biasanya karena merasa dirinya sudah sarjana, dan mematok gaji yang diharapkan berdasarkan standar yang dibuat orang lain.

Kita dianjurkan memilih pekerjaan yang baik dan bernilai tinggi karena itu dapat membuat kita tumbuh lebih cepat. Namun ada kalanya kesempatan demikian terbatas. Apalagi orang lain belum kenal pribadi kita dan belum tahu kualitas pekerjaan kita sebaik apa.

Atau bisa saja industri yang membutuhkan keahlian kita belum berkembang atau belum ada.

Seringkali saya mengalami sendiri, ketika saya buang rasa gengsi dengan menerima pekerjaan remeh, bayaran kecil, ternyata datang kesempatan yang lebih besar lagi.

Oleh sebab itu sebaiknya jangan gengsi. Biarkan orang lain tahu kualitas diri kita itu tinggi, dengan bersedia mengerjakan apa saja yang dibutuhkan. Bukan hanya ingin yang enaknya saja.

Penutup

Itu semua pendapat saya pribadi, hasil kontemplasi dan pengalaman pribadi. Mohon maaf kalau banyak kekurangan dan kurangnya akurasi. Bisa jadi banyak faktor lain yang saya tidak tahu karena belum mendapatkan petunjuk.

Semoga bermanfaat.