Nabung Orang

Tahun 2009, saya begitu tergila-gila dengan sistem. Saya percaya, dengan sistem yang baik dan benar, maka perusahaan saya dapat tumbuh besar. Oleh karena itu semua tindakan saya muncul dari semangat melakukan perubahan sistem dan perbaikan sistem.

Landasannya jelas. Singapura menjadi negara maju karena dia punya sistem yang baik. Beberapa BUMN besar di negeri ini juga bisa bangkit dan maju karena melakukan perbaikan sistem. Yang membedakan perusahaan maju dengan perusahaan tradisional juga SISTEM.

Jadi kalau kita melakukan perbaikan sistem, maka perusahaan kita juga makin baik. Betul?

Yak! Salah!

Saya mulai bekerja dengan merapikan keuangan. Pelajaran akuntansi yang menjadi pelajaran menyebalkan waktu SMA, saya telan juga. DEMI PERBAIKAN SISTEM! Dibantu mentor yang handal dan senior, jadilah laporan keuangan saya dalam waktu 2 minggu.

Kemudian saya juga membuat S.O.P untuk semua bagian. Karena setelah dipelajari, banyak potensi kebocoran yang ditimbulkan akibat tidak adanya S.O.P. Oleh sebab itu saya membuat S.O.P untuk bagian-bagian yang vital.

Tahun berikutnya saya mempelajari bagaimana membuat metrics dan KPI (Key Performance Indicator). Bayangkan, perusahaan masih kecil tapi sudah punya KPI. Menurut saya waktu itu, keren banget. Hampir semua bagian dibuatkan metricsnya dan dibuatkan KPI-nya. Sampai software development saya buatkan KPI-nya (baca: lebay)

Landasannya jelas. Apa yang tidak bisa kita ukur, tidak bisa kita kelola atau perbaiki. Begitulah kata para pakar manajemen.

Struktur gaji pun disesuaikan. Tadinya belum mengikuti aturan, disesuaikan mengikuti aturan. Ada struktur gaji menggunakan prinsip 3P: Pay for Person, Pay for Position, Pay for Performance. Saya juga sempat belajar dan bikin Salary Structure dengan model Hay. Keren banget lah pokonya (baca: belagu)

Intinya, melakukan perbaikan sistem supaya perusahaan ini bisa maju.

Tapi apa yang terjadi hasilnya bertolak belakang. Revenue terus menurun tanpa bisa dikendalikan. Program promosi dan penjualan yang disarankan oleh business coach dari firma coaching ternama tidak membantu. Karyawan tidak menjalankan S.O.P dan tidak menunjukkan kinerja yang diharapkan. Padahal gaji sudah naik dan menurut standar kota Bandung waktu itu, gaji kami termasuk tinggi.

Banyak sasaran perusahaan tidak tercapai. Karyawan tidak happy. Apalagi saya. Akhirnya, tingkat stress dalam pekerjaan makin tinggi. Waktu itu hampir tiap hari saya sakit kepala dan minum obat pereda rasa sakit. Tadinya migrain sebelah kiri, besoknya migrain sebelah kanan, besoknya lagi migrain sebelah belakang. Pundak pun sering nyeri. Seluruh tubuh saya protes.

Apa yang salah?

Suatu hari satu-persatu karyawan saya mengundurkan diri. Saya tidak bisa mencegahnya. Di satu sisi, saya membutuhkan bantuan. Di sisi yang lain, kami juga sedang kesulitan keuangan untuk membayarnya. Akhirnya saya lepaskan.

Lalu saya mulai merekrut orang-orang baru namun jumlahnya lebih sedikit karena mempertimbangkan kemampuan keuangan. Ada yang bertahan 3 bulan masa percobaan, ada yang tidak lolos. Karena posisi yang dibuka lebih sedikit, otomatis saya lebih hati-hati dalam memilih.

Mulai terasa dampaknya. Stress akibat pekerjaan mulai berkurang satu persatu. Sudah jarang sakit kepala.

Pola rekrutmen pun akhirnya saya ubah total. Tidak lagi mengikuti apa yang diajarkan oleh para konsultan HR di training-training berbiaya mahal di hotel berbintang. Saya merancang proses rekrutmen itu sendiri. Saya tidak mengatakan apa yang diajarkan itu salah. Hanya saja, saya menyadari pola yang diajarkan tidak relevan lagi dengan problem yang kita hadapi saat ini.

Proses rekrutmen ini cukup berhasil untuk mendapatkan orang-orang yang saya butuhkan. Orang yang jujur, kompeten, bisa diandalkan. Satu persoalan yang tidak bisa dipecahkan dengan pola rekrutmen lama ala pabrik dan perusahaan asing.

Di sinilah saya menyadari letak kesalahan dan kegoblokan saya selama ini. Saya hanya fokus memperbaiki sistem, tapi tidak punya orang yang tepat. Sementara mereka yang berhasil membuat perusahaannya maju ternyata polanya sama, dimulai dengan merekrut orang-orang yang tepat.

Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya, Fiqh Prioritas, ternyata sudah menulis bahwa Perbaiki Diri sebelum perbaiki sistem. Anda bisa membacanya di sini. http://media.isnet.org/kmi/islam/Qardhawi/Prioritas/PerbaikiDiri.html

Kita tidak bisa memperbaiki sistem kalau orang-orangnya tidak bisa diperbaiki. Sebab sistem dijalankan oleh orang, tidak bisa jalan sendiri. Simpel, lugas dan masuk akal.

Bagaimana bisa menjalankan S.O.P, kalau orang-orangnya tidak jujur? Yang ada malah diakali. Bagaimana program-program kerja bisa tercapai sasarannya, kalau orang-orangnya munafik, conflict of interest dan punya obyekan sendiri? Bagaimana kita bisa mewujudkan service excellence kalau orang-orangnya ngga kompeten?

Ngimpi! 😀

Lupakan saja ajakan orang tentang bisnis yang bisa autopilot. Kalau mau, Sergey Brin dan Larry Page sudah meninggalkan Google dan menikmati passive income dari perusahaannya. Kalau mau, Bill Gates sudah meninggalkan Microsoft tahun 80-an dan menikmati passive income. Nyatanya tidak.

Dalam bukunya, EXECUTION, Larry Cassidy & Ram Charan juga menyorot bahwa strategi tidak pernah salah. Eksekusilah yang salah kalau perusahaan gagal mencapai sasaran. Eksekusi ini ya orang, bukan siapa-siapa. Pantesan banyak strategi kami ngga bisa jalan. Gimana bisa jalan kalau orang-orangnya susah diatur?

Ternyata apa yang kita pelajari dari lembaga tranining yang mahal dan kantornya di gedung yang mewah itu belum tentu benar, belum tentu relevan. Bahkan kemungkinan besar, problem yang kita hadapi jauh lebih kompleks dari pada yang diajarkan. Mulai saat itu saya mulai evaluasi kembali apa yang selama ini saya pelajari. Pemikiran dan metode yang sudah usang, saya buang. Pemikiran baru yang penuh terobosan dan relevan, saya ambil. Tidak peduli itu diakui.

If it works, it works!

Mulai saat itu, tepatnya tahun lalu, saya mulai dengan merekrut orang-orang yang tepat. Jika dia jujur, kompeten, punya kepakaran yang dibutuhkan, loyal, bisa diandalkan, maka saya rekrut. Walaupun kerjaanya belum ada.

Istilah saya, nabung orang. Yang penting kami punya orang yang tepat dulu. Kalau sudah punya orang yang tepat, mau pakai strategi A, B, C, D, E, bisa kita jalankan. Apapun kondisinya. Kalau dulu kan terbalik. Saya nabung uang supaya strategi bisa jalan. Akhirnya ujung-ujungnya duit, budget dan biaya. Yang pada kenyataannya, uang tidak mengatasi masalah. Orang yang mengatasi masalah, bukan uang.

Dengan orang yang jujur, saya merasa nyaman untuk berbagi visi dan values yang saya simpan selama ini. Dengan orang yang bisa diandalkan, saya merasa percaya diri problem bagaimanapun sulitnya bisa kita atasi. Dengan orang yang kompeten, saya merasa optimis, kami bisa sampai di tujuan dengan selamat. Dengan orang yang loyal, saya merasa tenang untuk memberikan amanah.

Hal-hal seperti itu tidak saya dapatkan sebelumnya. Yang ada adalah khawatir, was-was, kecewa, marah, stress, sakit kepala, sakit pundak, sakit badan.

Oleh sebab itu Saya bersyukur sempat menyadari kesalahan itu. Saya bersyukur, masih ada kesempatan luas untuk melakukan perbaikan. Saya ingin orang lain juga mendapatkan pencerahan yang sama. Jangan sampai mengulang kegoblokan yang pernah saya lakukan.

Sekarang kamu catat ini baik-baik:

Man behind the gun is more important than the gun itself

Paham?!

Semoga bermanfaat. Selamat bekerja, dan jangan lupa bersenang-senanggg…

2 thoughts on “Nabung Orang

  1. dodi

    bonk, uraian yg menarik. sedikit banyak, gua mengalami yg lu hadapi ini. bedanya, gua gak pernah belajar dari coach2 tsb. gua cuma jalanin yg ada dan mencoba review. gua blom coba metode lu utk nabung orang. mencari orang yg tepat, adalah SANGAT AMAT SULIT !

    orang keluar masuk, kepala pusing, kerjaan gak kelar. tinggal nunggu stroke aja ini mah. kuncinya emang pas rekrutment. mau tidak mau, kita harus pinter menilai orang, bisa melihat karakter awal manusianya spt ini. yg nyebelin, ini baru ketahuan pas udah jalan cukup lama di kantor 🙂

    tapi anyway, terimakasih atas sharingnya.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.