Tentang Platform

Saya sering bertanya-tanya,

Apa yang membedakan antara orang berilmu dengan orang dungu yang ngaku-ngaku berilmu?

Apa yang membedakan antara keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah, dengan keluarga yang berantakan?

Apa yang membedakan antara pebisnis yang sukses, dengan pebisnis wannabe yang ngaku-ngaku sukses?

Apa yang membedakan antara jenderal ahli strategi perang, dengan tentara yang jadi centeng di perkebunan?

Apa yang membedakan antara penguasa yang sejati, dengan politisi yang sok berkuasa?

Apa yang membedakan antara negarawan besar, dengan pejabat negara yang sok negarawan?

Kalau kita pelajari biografinya, atau langsung belajar dari orangnya, maka akan ditemukan banyak faktor pembedanya. Tapi ada satu hal yang sama yang menjadi pembeda paling mendasar, yaitu falsafah.

platform

Dalam belajar menuntut ilmu, orang berilmu punya falsafah dalam belajar.

Dalam berkeluarga, suami istri dalam keluarga sakinah punya falsafah dalam berkeluarga.

Dalam berbisnis, pengusaha besar punya falsafah dalam berusaha. Dalam bekerja, ada pula falsafah dalam bekerja.

Dalam memimpin pasukan bertempur, jenderal besar punya falsafah dalam bertempur. Dalam berkuasa, penguasa sejati pun punya falsafah berkuasa. Dalam bernegara, juga ada falsafah bernegara.

Falsafah ini hasil pemikiran manusia. Falsafah ini berisi pemikiran tentang sesuatu keadaan yang ideal. Keadaan yang ideal ini terinspirasi dari sumber-sumber nilai yang diyakini seperti wahyu (kitabullah), adat, kebiasaan, nasihat, dan kebijaksanaan yang timbul dalam kurun waktu tertentu.

Falsafah hidup orang Jawa, tentu berbeda dengan falsafah hidup orang Batak. Falsafah hidup bangsa Jepang, tentu berbeda dengan falsafah hidup bangsa Korea, walaupun berdekatan.

Oleh karena itu mempertentangkan antara wahyu dengan falsafah adalah perbuatan yang tidak didasari ilmu. Wahyu menuntun akal supaya dapat memformulasikan apa falsafah yang sesuai dengan jaman dan situasi. Menolak wahyu, adalah perbuatan yang takabur dan jauh dari ilmu. Sebab akal pun terbatas. Pemahaman manusia sangat dibatasi oleh persepsinya terhadap segala sesuatu.

Falsafah ini yang saya sebut platform. Sebuah landasan berpikir dan bertindak. Di atas landasan tersebut, barulah kita bisa membangun kerangka atau model. Sebuah bentuk yang mewakili gagasan-gagasan yang dilahirkan dari platform tersebut.

chichen_itza-platform_of_venus

Dalam belajar, ada metode belajar atau kerangka belajar. Dalam bekerja, ada kerangka kerja. Dalam berusaha, ada kerangka usaha yang sekarang disebut business model. Dalam bernegara, ada juga model negaranya. Begitu juga dalam bermasyarakat, berkeluarga, dan lain sebagainya.

Kalau ada siswa yang tidak maju-maju dalam belajar, biasanya dia ngga punya platform belajar yang tepat. Coba kasih tahu landasan berpikirnya dan berikan kerangka belajar yang benar. Insya Allah dia akan maju pesat dalam belajar.

Baca Juga: Kerangka Belajar Pemrograman

Kalau ada keluarga yang berantakan, biasanya suami dan istri tidak punya platform yang tepat dalam berkeluarga. Kalau platformnya tidak jelas, bagaimana dia bisa membina rumah tangga yang rukun?

Kalau ada bisnis yang ngga maju-maju, kemungkinan besar owner tidak punya platform yang jelas. Kalau platformnya tidak jelas, bagaimana dia merancang business model yang tepat? Paling ikut-ikutan saja.

Dan orang ngga punya platform, mudah ditipu.

Betapa pentingnya platform ini bukan? Sayangnya memang tidak banyak orang yang punya platform. Kalau sekedar ngarang sih, ya gampang. Tapi butuh olah pikir, memeras otak, mengerahkan tenaga, meminta petunjuk yang cukup supaya bisa menyusun platform yang rahmatan lil-alamin.

Begitu juga kalau dalam kehidupan bernegara kita ngga punya platform, tentu akan banyak masalah. Sibuk berpolitik, tak pernah benar-benar berkuasa. Sibuk bekerja, tapi tak pernah benar-benar sejahtera. Sibuk bertikai, tak pernah selesai. Sangat berbahaya.

burning-platform

Dan apa jadinya jika kita bekerja di atas sebuah platform yang sedang runtuh atau terbakar? Apakah ada platform yang sedang runtuh di dunia ini?

Ada, kapitalisme dan demokrasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.