Alat Detektor Gempa Buatan Indonesia, adakah?

Wilayah Indonesia sudah beberapa kali diguncang gempa. Tahun lalu kita sempat diguncang gempa di NTB dan Palu. Melihat begitu banyak korban jiwa yang ditimbulkan, saya berpikir bahwa mungkin sebuah sistem untuk mendeteksi gempa atau peringatan dini bisa membantu menyelamatkan nyawa banyak orang.

Sebetulnya Indonesia sudah punya sistem seperti itu. Indonesia sempat punya buoy untuk mendeteksi ketinggian air laut untuk mendeteksi tsunami. Sayangnya, belum setahun buoy itu dipasang, partnya sudah banyak yang hilang karena dicuri. Khususnya baterai dan modem. Sehingga hari ini, kita tidak punya lagi buoy detektor tsunami. Dan PVMBG menggunakan cara lain yaitu dengan mendirikan pos pemantau. Seperti pos pemantau aktifitas gunung api.

Kalau dibandingkan dengan negara maju seperti Jepang yang sudah memiliki ribuan alat untuk mendeteksi tsunami, kita masih tertinggal jauh. Mereka sudah memiliki dan mengoperasikan ribuan alat untuk mendeteksi tsunami.

Sampai saat ini, belum ada ilmuwan yang dapat memprediksi kapan dan di mana akan terjadi gempa bumi, dan berapa besar skalanya. Cukup menjadi renungan, umat manusia yang sudah menempati planet bumi kira-kira sejak 200.000 tahun lalu belum mengenal planet bumi ini secara sempurna. Jangankan memprediksi gerakan lapisan perut bumi, untuk mengeksplorasi lautan pun baru sekitar 30% saja. Sisanya, tidak ada yang tahu bagaimana rupa lautan yang menutupi 70% planet bumi.

Memang sudah banyak yang mengajukan beberapa model gempa bumi. Tapi sejauh ini baru dapat memetakan di mana saja lokasi yang berpotensi menjadi episentrum gempa. Waktunya kapan, dan berapa besar, tidak ada yang tahu.

Maka, usaha yang paling masuk akal saat ini adalah mendeteksi seawal mungkin SETELAH terjadinya gempa bumi. BUKAN SEBELUM. Setelah getaran itu terdeteksi, maka selanjutnya dihitung berapa skalanya. Jika skalanya di atas 5.0 SR, maka segera trigger protokol evakuasi di seluruh radius yang terdampak saja. Bukan di tempat lain. Ini ide dasarnya.

Saya sudah bertanya ke teman-teman di PVMBG, alat tersebut masih diperlukan dan Indonesia butuh sebanyak mungkin. Dan selama ini kementrian ESDM masih impor dari luar negeri, khususnya Prancis. Mengapa belum ada alat buatan Indonesia yang digunakan oleh BMKG? Mengapa tidak ada orang Indonesia yang membuat alat tersebut? Jawabannya bisa ditebak, tidak ada anggaran khusus untuk riset soal itu.

Kalau kita menunggu kebijakan pemerintah, jangan-jangan upaya ini tidak akan pernah ada yang memulai.

Oleh sebab itu saya berinisiatif, bagaimana jika kita mulai saja untuk membuat prototipe alat pendeteksi gempa tersebut? Kita mulai dari yang paling sederhana, paling cupu, dan yang paling terjangkau biayanya. Jika berhasil alhamdulillah, jika gagal saya yakin ada orang lain yang akan memperbaiki dan melanjutkannya dengan prototip yang lebih baik. Jika plan A gagal, masih ada plan B. Jika plan B gagal, kita masih punya cadangan huruf abjad sampai Z bukan?

Saya sudah mengumpulkan beberapa parts seperti board, mikrokontroler, sensor, dan yang lainnya.

Bismillah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.