Selama satu pekan terakhir ini saya mempelajari ekonomi dan bisnis dari software open source. Hasilnya saya menemukan penyebab utama mengapa beberapa proyek open source gagal dengan alasan sepi dari kontributor, tidak dilanjutkan lagi, yatim piatu ditinggalkan developernya.
Simple saja ternyata, istilahnya “Divide By Zero Syndrome” yang lazim dimiliki para developer open source yang menganggap bahwa cost dari proyek itu NOL, sama dengan pricenya yang Free-As-Free-Beer. Harap maklum, kebanyakan developer bukan orang bisnis, bukan orang ekonomi. Termasuk saya 😀
Untuk menjelaskannya, kita perlu pahami dulu bersama bahwa membuat software, membuat produk itu pada dasarnya menciptakan VALUE yang dibutuhkan orang lain. Value didefinisikan customer sebagai perbandingan antara fitur dan manfaat (benefit) dengan biaya (cost) dan upaya (effort) yang harus dikeluarkan.
VALUE = (FEATURE+BENEFIT) / (COST+EFFORT)
Di sisi customer, jika FITUR dan BENEFIT lebih besar dari COST+EFFORT, maka VALUE produk tersebut tinggi. Sebaliknya, jika FEATURE+BENEFIT lebih kecil dari COST+EFFORT maka VALUE produk tersebut rendah. Karena open source adalah gratis, maka COST = 0.
VALUE = (FEATURE+BENEFIT) / EFFORT
Di sini perlu kita camkan baik-baik, walau bagaimanapun effort tidak bisa nol. User awam butuh training, butuh support, dan lain-lain. Orang tetap perlu baca dokumentasi, manual, diskusi di forum. Itu semua adalah effort yang perlu dikeluarkan oleh user.
Free software is really free if your time is priceless.
Software gratis benar-benar gratis jika waktu Anda juga gratis. Pada prakteknya waktu Anda tidak pernah gratis. Umur Anda terbatas. Sebagai user waktu Anda terbatas dan tugas Anda bukan melakukan compile, hacking, mengirim patch, memberi kontribusi, baca dokumentasi dan lain sebagainya. Tugas Anda adalah menjalankan bisnis dengan tools yang tersedia. Di sinilah letaknya software komersial dengan open source, mereka biasanya memberikan support untuk customer yang waktunya terbatas. Di sini user menukar uang mereka dengan waktu yang bisa dihemat lewat layanan support yang diberikan.
Bagaimana jika Anda sebagai developer? Apakah waktu Anda juga gratis? Tentu saja tidak. Sebagai developer waktu Anda tidak gratis. VPS atau dedicated server Anda juga berbayar. Bandwidth tidak gratis. Domain untuk website juga tidak gratis. Namun sebagai developer Anda bisa menukar waktu Anda menjadi cash dalam bentuk layanan support. Inilah yang lazim ditemukan di dunia open source. Developer membuat software dan menyediakan support berbayar yang biasanya dipakai oleh pelanggan enterprise atau premium. Business Model ini lazim disebut dengan Freemium. (Baca: Business Model Generation)
Problemnya adalah, pertama kebanyakan developer open source tidak punya layanan support yang memadai. Mereka bekerja sebagai developer sekaligus technical support sehingga tumpang tindih. Kalau sudah begini, kerjaan tidak ada yang beres. Development akan terganggu dengan banyaknya tiket support yang masuk, namun supportnya juga payah karena tidak semua bisa dilayani dengan baik. Hal ini menyebabkan BENEFIT dari produk tersebut turun sehingga customer tidak mau menyewa layanan support mereka. Akibatnya business model freemium tidak bisa jalan.
Kedua, perlu dicatat pula bahwa business model Freemium membutuhan userbase yang sangat besar, yaitu mulai dari skala ratusan ribu sampai jutaan. Sebab konversi dari userbase menjadi customer itu sangat kecil, paling besar cuma 1%. Sehingga untuk mendapatkan 1 customer, Anda membutuhkan setidaknya 100 user base. Jika bisnis Anda membutuhkan setidaknya 1000 customer, maka anda perlu user base minimal 100.000 orang.
Jika jumlah tersebut tidak tercapai, Anda tidak ada penghasilan yang cukup dan sustain/langgeng untuk menjaga supaya development software bisa terus jalan. Saya tidak begitu menyarankan menggunakan sistem donasi sebab Anda akan sangat tergantung pada kerelaan orang lain untuk memberi donasi.
Jika tidak bisa sustain, bisa dipastikan proyek Anda akan segera Anda tinggalkan sebab Anda harus mencari proyek lain, pekerjaan lain untuk menutupi biaya development. Betul kan? Jika Anda sendiri tidak mau melanjutkan proyek tersebut, apalagi kontributor yang lain? Belum tentu orang lain mau.
Penyebab semua itu menurut saya adalah kesalahan mindset, yaitu mindset sebagai user digunakan oleh developer dalam mengembangkan softwarenya. Ini oke-oke saja untuk software komersial sebab costnya tidak nol. Tapi sangat berbahaya untuk software open source sebab menimbulkan error “Division by Zero” 😀
Ini adalah penjelasan dari sudut pandang bisnis dan ekonomi. Makanya perlu belajar disiplin ilmu lain yang memang dibutuhkan. Ada nasihat begini, Orang sukses tidak mengumpulkan gelar tapi dia hanya mengakuisisi ilmu pengetahuan yang dibutuhkan.
Semoga bermanfaat.