Tag Archives: Self-Development

Penyebab Pemimpin Tidak Bisa Tegas

Penyebab Pemimpin Tidak Bisa Tegas

Penyebab Pemimpin Tidak Bisa Tegas

Dalam kehidupan berorganisasi baik di masyarakat maupun di kantor, kita pasti ada di salah satu posisi yaitu menjadi pemimpin orang lain atau dipimpin orang lain. Ada banyak kriteria pemimpin yang baik, tapi ada satu kriteria yang pasti disepakati semua orang yaitu: TEGAS. Bersikap tegas itu bukan perilaku sewenang-wenang. Bersikap tegas artinya mengatakan yang benar itu benar, dan yang salah itu salah. Jika A maka A, jika B maka B. Tanpa sikap yang tegas, pemimpin tidak bisa berlaku adil.

Namun sering pula kita lihat pemimpin yang tidak tegas. Yang benar dibilang salah, yang salah dibilang benar. Pemimpin seperti ini tidak akan bisa berlaku adil. Apa penyebab pemimpin tidak bisa tegas?

Pemimpin Takut Ditolak

Sangat menyenangkan jika keputusan atau kebijakan kita itu membela banyak orang, membuat senang orang banyak, dan membuat kita makin disukai banyak orang. Enak banget. Tapi ada kalanya pemimpin itu harus mengambil keputusan-keputusan sulit, yang tidak populer, yang akan mengganggu orang banyak, atau ada orang yang akan dirugikan. Misalnya, dalam konflik antara pengusaha dan pekerja.

Kalau sudah begitu, yang ada pasti serba salah. Kalau ambil keputusan A, menyusahkan pihak sebelah kanan. Kalau ambil keputusan B, menyusahkan pihak sebelah kiri. Lalu kita ambil jalan tengah, eh dua-duanya yang marah. Serba salah kan?

Solusinya, tetap memegang prinsip dan aturan yang benar. Jangan lihat kanan-kiri, tapi tanyakan ke dalam diri sendiri, apakah ini sudah benar atau belum? Pahami bahwa tidak ada keputusan yang bisa menyenangkan semua orang. Dengan bersikap tegas, justru membuahkan keuntungan sebab orang-orang yang memiliki loyalitas palsu kepada Anda akan terlihat wajah aslinya.

Pemimpin Takut Dibenci

Mengatakan yang benar itu benar, dan yang salah itu salah resikonya memang besar. Salah satunya adalah dibenci orang. Orang yang tidak terima dengan ketegasan kita akan tidak senang. Dari sinilah nantinya timbul resistensi/penolakan dari orang atau bawahan yang kita pimpin.

Solusinya, pahami bahwa reaksi kebencian dan penolakan itu adalah sementara. Tidak akan permanen. Manusia pada dasarnya mudah berubah pendapat atau sikap tergantung suasana hatinya. Mungkin orang atau bawahan kita belum cukup edukasi sehingga tidak menangkap makna atau manfaat yang akan dicapai. Mungkin orang atau bawahan kita itu belum kenal dengan watak kita sebagai pemimpin.

Pahami pula bahwa sudah resiko menjadi pemimpin itu harus mengambil kebijakan yang tidak populer dan memancing reaksi penolakan orang lain. Jika memang harus begitu ya harus dilakukan walaupun sulit. Tugas pemimpin bukan menghibur atau menyenangkan orang lain. Kalau kita mengambil kebijakan hanya supaya disenangi orang lain, kita hanya menjadi pemimpin gadungan. Kalau hanya ingin disenangi atau menghibur orang atau bawahan, jadilah pelawak.

Pemimpin Takut Dimusuhi

Tidak hanya dibenci, seorang pemimpin beresiko dimusuhi orang lain. Entah itu orang lain yang dirugikan oleh kebijakannya, orang yang berkompetisi dengannya, atau siapapun. Sebaik apapun Anda, semurah apapun hati Anda, pasti ada saja orang yang akan iri dan dengki kepada Anda. Entah dia iri dan dengki oleh kesuksesan Anda atau iri dan dengki karena Anda disukai banyak orang. Bagi orang yang iri dan dengki, pencapaian kesuksesan Anda adalah penderitaan baginya.

Solusinya, pahami bahwa pada dasarnya manusia itu suka mengeluh dan iri pada perolehan orang lain. Dan makin tinggi kualitas manusia, makin banyak pula musuhnya. Makin banyak pula sahabatnya. Contohnya para Nabi dan Rasul. Merekalah yang musuhnya sangat banyak di dunia ini dan musuh paling besarnya adalah Iblis. Iblis adalah musuh yang nyata.

Tentu saja kita tidak berniat mencari musuh. Musuh tidak perlu dicari sebab mereka akan muncul sendiri, gratis, tanpa perlu Anda bayar. Itu sudah menjadi resiko menjadi pemimpin yang tegas.

Rasa Takut yang Lain

Menurut analisa saya, ketidaktegasan itu muncul dari rasa takut yang sebetulnya adalah ilusi dalam pikiran. Namanya juga ilusi, tidak akan pernah terjadi. Tapi ilusi itu nampak nyata sebab pikiran sering dipengaruhi opini atau berita yang tidak benar. Oleh sebab itu penting memberikan input yang benar ke dalam pikiran.

Solusinya, takutlah pada Tuhan. Janganlah takut kepada atasan, bawahan, kerabat atau yang lain.  Jika Tuhan sudah ridho kepada Anda, tidak ada seorangpun yang akan menghalangi. Tapi jika Tuhan tidak ridho kepada Anda, maka atasan, bawahan, kerabat bahkan tidak ada seorangpun yang bisa menyelamatkan Anda.

Dengan besikap Tegas, orang-orang yang selama ini mau enaknya saja, atau hanya ingin memanfaatkan Anda, atau pura-pura loyal kepada Anda akan menjauh dengan sendirinya, gratis, tidak perlu bayar mereka untuk pergi. Ini adalah keuntungan jangka panjang untuk Anda sendiri dan organisasi yang Anda pimpin.

Semoga bermanfaat.

Cashflow Orang Miskin vs Orang Kaya

Orang Kaya digambarkan dengan orang yang memiliki jumlah asset yang besar, baik itu berupa uang, logam mulia, tanah, bangunan, surat berharga, saham, dan lain-lain. Sementara Orang Miskin digambarkan sebagai orang yang tidak memiliki asset atau assetnya sedikit.

Problemnya, orang meyakini bahwa untuk menjadi orang kaya harus memiliki penghasilan yang besar, gaji yang besar, kedudukan yang tinggi, dan sebagainya. Penghasilan hanya salah satu faktor. Jika penghasilan kita besar, kita memiliki PELUANG lebih besar untuk kaya dibandingkan jika kita memiliki penghasilan yang kecil. Hanya sebuah PELUANG. Jadi masih ada kemungkinan kita akan tetap miskin, walaupun penghasilan kita besar.

Faktor utama yang lebih berperan penting adalah Cashflow, arus kas sebab menggambarkan PERILAKU, atau apa yang kita LAKUKAN dengan penghasilan tersebut. Bukan penghasilan besar yang membuat orang menjadi kaya, tapi apa yang dilakukan dengan penghasilan tersebut.

Cashflow Orang Miskin

Orang Miskin dan semua yang akan menjadi miskin memiliki perilaku seperti ini jika mendapatkan penghasilan:

  1. Mengeluarkan uang untuk menutupi biaya
  2. Menabung, jika ada sisanya.

Persamaannya:

Gaji – Biaya = Menabung

Mengapa ini membuat miskin? Sebab, hal pertama yang dilakukannya adalah menutupi biaya. Biaya ini bisa terbagi dua, biaya hidup dan biaya gaya hidup. Biaya hidup itu terbatas  sebab kebutuhan kita itu ada batasnya. Makan, minum, transport, bahan bakar, listrik, telepon, itu ada cukupnya.

Tapi biaya gaya hidup tidak terbatas, tidak ada cukupnya. Waktu gaji masih Rp 1 juta perbulan, kita cukup makan di Warteg sudah kenyang. Tapi ketika gaji sudah Rp 2 juta perbulan, kita maunya makan di restoran atau kafe, dan harganya lebih mahal. Handphone pun ganti, maunya pakai Smartphone. Ketika naik gaji lagi menjadi Rp 5 juta perbulan, restorannya pun ganti, handphonenya ganti, sepatunya ganti, kendaraannya ganti.

Makin besar penghasilan, makin besar biaya gaya hidupnya. Waktu gajinya kecil, tidak menabung. Ketika gajinya besar pun, tidak menabung. Sebab calon orang miskin memang tidak begitu sadar menabung. Karena tidak menabung, rentan mengalami resiko. Pada saat membutuhkan dana besar, tidak siap. Sehingga harus berhutang.

Cashflow Orang Kaya

Orang Kaya dan semua yang akan menjadi orang kaya memiliki perilaku seperti ini jika mendapatkan penghasilan:

  1. Melakukan investasi
  2. Menabung
  3. Mengeluarkan biaya hidup

Sehingga persamaannya:

Gaji – Investasi – Menabung = Biaya Hidup

Invest di depan, menabung di depan, sisanya buat biaya hidup. Investasi berarti mengambil resiko, berspekulasi, supaya terjadi akumulasi modal/asset. Makin besar akumulasi modal yang diharapkan, makin besar pula resiko kehilangannya. Menabung untuk dana talangan jika terjadi resiko atau harus mengeluarkan dana besar, tidak sampai mengganggu kebutuhan hidup apalagi sampai berhutang.

Makin besar penghasilan, makin besar yang diinvestasikan atau ditabung. Gaya hidup sewajarnya saja. Itu bedanya dengan calon orang miskin.

Orang Kaya atau Calon Orang Kaya melakukannya karena punya VISI. Tanpa VISI, tidak mungkin punya RENCANA. Tanpa rencana, tidak mungkin punya kesadaran harus invest dan menabung.

Oleh sebab itu sebelum memperbaiki cashflow, sebaiknya perbaiki dulu VISI jangka panjangnya. Mau seperti apa dalam 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, 40 tahun, 50 tahun mendatang. Lalu sesuaikan perilaku keuangan seperti apa yang dibutuhkan untuk mencapainya.

Tanpa perilaku tersebut, orang yang sudah kaya akan jatuh miskin. Tapi, orang yang sudah miskin akan menjadi kaya jika melakukan investasi dan menabung. Investasi yang paling sederhana adalah menumbuhkan diri sendiri, memperbaiki diri sendiri sehingga pada saat diberi kesempatan menerima penghasilan yang lebih besar, sudah siap untuk digunakan untuk membangun kekayaan.

Jika untuk diri Anda sendiri saja, Anda tidak mau invest, apalagi saya? Apalagi orang lain?