Rencana Membuat Media untuk Programmer

Saya punya rencana membuat media untuk programmer. Media ini ditujukan untuk mereka yang berprofesi sebagai software engineer, developer, atau programmer. Minimal untuk mereka yang di Indonesia, tapi jika memungkinkan untuk dunia internasional.

Saya melihat banyak sekali programmer di Indonesia yang butuh edukasi, kekurangan bahan belajar, bahan untuk eksperimen dalam bentuk artikel yang berkualitas. Artikel yang berkualitas seringkali kita temukan dalam bahasa Inggris atau bahasa lainnya. Sementara itu di pihak lain, ada juga programmer-programmer berkualitas, mampu membuat tulisan berkualitas, punya blog atau media sendiri namun mengalami problem dalam persistensi/kontinuitas. Sementara persistensi itulah yang dibutuhkan sebuah media supaya proses edukasinya jalan terus.

Akibatnya kita sering melihat programmer Indonesia ketinggalan jauh dengan negara tetangga. Bahkan sampai hari ini saya sering menjumpai programmer kita yang belum menyadari pentingnya menggunakan Source Control, dan tentu saja tidak terbiasa menggunakan Source Control. Apalagi Automated Test, Automated Build, Issue Tracking/Bug Tracking System dan teknologi lainnya. Padahal itu semua sudah jadi komoditi dalam teknologi software development masa kini. Masya Allah, kalau begini terus kita ketinggalan lebih dari satu dasawarsa dalam teknologi software development.

Ada lagi hal yang lebih menyedihkan yaitu kebanyakan programmer saat ini tidak tahu apa itu algoritma. Dikit-dikit minta source-code, dikit-dikit tanya ke group, padahal itu problem sepele dan bisa lihat di Help (F1) atau Googling dulu.

Jalan keluarnya menurut saya adalah edukasi terus-menerus. Ada banyak cara melakukan edukasi, yaitu menyelenggarakan pelatihan, workshop, gathering, dan media sebagai sarana kolaborasi, sarana interaksi, sarana edukasi. Saya berharap media ini menjadi sarana edukasi untuk programmer Indonesia dan memperkenalkan teknologi-teknologi baru seperti Lean Software Development, Agile Software Development, Scrum yang sebetulnya sudah ngga baru-baru amat.

Untuk merangsang minat programmer berkualitas untuk membuat tulisan, rencananya akan diberikan honor untuk tiap tulisan yang sesuai kriteria dan dimuat di media ini. Jadi ini adalah peluang bagi para programmer berkualitas untuk menambah penghasilan dengan membuat karya tulis. Namun pengunjung bisa membaca artikel tersebut secara gratis, mungkin perlu membership/registrasi saja.

Semua aktifitas ini jelas membutuhkan biaya, tidak ada yang gratis di dunia ini. Minimal butuh proses. Tapi sebagai pengusaha, kalau saya berpikir “dari mana uangnya?” ini namanya mengambil “kartu mati” sebab untuk saat ini saya juga belum tahu jawaban pastinya. Tapi yang jelas, salah satu sumber dananya adalah dari uang saya pribadi. Mungkin saja di masa yang akan datang ini jadi unit bisnis sendiri dari PT. Sandiloka, tapi ini butuh perencanaan yang lebih matang.

Untuk itu saya sedang mencari masukan, mencari nasihat mengenai hal-hal berikut ini:

  1. Berapa range honor yang pantas untuk sebuah artikel lepas?
  2. Bagaimana membuat aturan main yang jelas, terutama soal plagiarisme dan originalitas?
  3. Bagaimana proses dan periode pembayaran honornya?

Apakah rekan-rekan bisa memberikan masukan? Terima kasih sebelumnya ya 🙂

14 thoughts on “Rencana Membuat Media untuk Programmer

  1. Leksa (@leksa)

    Ini PR yg sama buat kita2 juga ..
    beberapa kawan dan komunitas ada yg bergerak sendiri dalam lingkaran kecil seperti barcode-bdg dan virtuemagz.. tetapi itu jatuhnya tutor dalam skala kecil. Dan tdk ditujukan sebagai media serius dalam itungan bisnis.

    Mestinya memang ada yg bermain dengan skala mimpi sekelas tutsplus 🙂

    Reply
  2. Rizky Prihanto

    ada ide juga untuk “memasyarakatkan” social coding (macam github), buat repository script2 (atau sample code) untuk yang bikin tutorial dsb..

    kalo butuh hosting ~ atau even… dedicated server … ~ (perusahaan) saya siap contribute (selain konten, tentunya).

    Reply
  3. Leksa (@leksa)

    Menjawab yg 3 di atas: Titik startnya mungkin ada pada kolaborasi. Dan seperti halnya dunia source control dan open source, kolaborasi adalah konsep besarnya.

    1. Untuk harga artikel, parameter nya banyak. Salah satunya kualitas. Jika kita berkaca dgn model tutorial di luar, step2 penjelasan dalam artikelnya sangat runut, jika perlu ada screencast. Tentunya penulis yg dituntut menulis step2 dgn jelas ini harus membuat project samplenya sendiri/melakukan sendiri proses dalam step2 tersebut.
    Harga pun jika melirik ke media tutorial luar yg prominet, mulai dari 100USD setahu saya. Tetapi kualitas artikel ya seperti penjelasan tadi. Apalagi jika nama author disebut dgn short bio dan url portofolio. Ada nilai tambah bahwa tutorial2 ini menjadi showcase portofolio mereka, branding dan kontribusi dalam komunitas software/apps developer.

    2. Originalitas, ini mungkin diatur kali ya. Standar yang bagus bisa terlihat dari kualitas tutorial dan penyampaiannya. Posisi author pun dipertaruhkan disini (me-refer poin 1). Jika media ini sudah bisa menggaet kelompok2 komunitas developer/designer yg tersebar, kontrol sosial juga membantu dalam pengawasan.

    3. Soal bayaran, sepertinya untuk awal (dan ungkin seterusnya) tidak terlalu peneint sebuah skema yg otomatis. Tetapi sistem dan perjanjian /tanggung jawab media membayar memang harus ada.

    dan ke-4. Nah ini kusutnya, memodali media.
    Menurut gw, konten yg eklusif dan didukung traffic yg yah cukup baik, bisa menjadi kpi untuk penawaran terhadap partnership dan iklan. Tentunya partnership eklusif dgn brand atau produk yg masih ada kaitannya dgn industri ini.
    Kalau melihat ramainya event developer2 dan digital related sekarang, bisa mengejar marketing sbg media partner, lalu menjadi showcasing baru oleh brand sebagai media developer baru, dan kelanjutannya bisa di-monitisasi untuk partnership lain-lainnya.
    Tetapi yg jelas butuh proses, dan pasti akan makan waktu lama.

    **komen panjang lagi selo.. salam lama tak jumpa, bonk..

    Reply
  4. ilhamrizqi Post author

    @Leksa

    Lama juga gua nggak jumpa elo. Pakabar bro?

    Bisa dibilang, yang penting jalan dulu aja. Soal modal, fulus, gua pasti menemukan jalan keluar… hehehe 😀

    Reply
  5. Ratna Medidu

    Halo, salam kenal. Kebetulan, latar belakang masalah dan idenya sama. Oleh karena itu saya membuat medidu.com. Saat ini sedang menggodok materi-materi teknis seperti OOP, WordPress, Mobile, dll. Bagaimana kalau kerja sama aja mas? Yang bisa kami lakukan, merancang materi, memvisualisasikan, me-multimediakan, dan promo. Kalau bersama-sama mungkin bisa lebih cepat mencapai tujuan.

    Reply
    1. ilhamrizqi Post author

      @Ratna Medidu

      Wah saya senang banget nih ada yang ngajak kerjasama. Kita bahas lebih lanjut offline aja. Lokasi Jakarta atau Bandung?

      Reply
  6. ysupr

    untuk msalah pembayaran, saya belum ketemu (mungkin kurang research) untuk yg berbayar per artikel di indonesia.

    beberapa sih free malah.
    ruang freelance : http://www.ruangfreelance.com/submit/
    tutorial web design : http://www.tutorial-webdesign.com/menjadi-penulis/
    belajar web design : http://belajarwebdesign.com/menjadi-kontributor/
    gak tau ini apakah bijaksana apa tidak 🙂

    utk metode pembayaran, ruang freelance dulu sepertinya pernah liat (sebelum berubah yg sekarang)
    dulu pembayaran per artikel, tapi hanya bisa dicairkan setelah mencapai nominal tertentu.

    Reply
  7. Oguds

    Maksudnya media programmer berbahasa Indonesia? Kenapa isunya jadi lokal dan global? Memang kapasitas programmer di Indonesia masih sebatas konsumen, belum (banyak) yang mampu ke tingkat produsen. Barangkali karena waktu tersita untuk mencari uang atau proyek.

    Bagaimana bila diarahkan untuk mengembangkan startup? Artinya kualitas output yang dicari, secara tidak langsung meningkatkan kemampuan membuat program. Kalo memang iya, ayo kita buat media startup ini. Saya lihat sudah mulai banyak yang mempromosikan technopreneur ini, tapi apa salahnya ikut membuat juga.

    Reply
    1. ilhamrizqi Post author

      @oguds Terima kasih banyak masukkan sangat bermanfaat.

      Ya, media berbahasa Indonesia. Karena target audiensnya yang utama memang dari Indonesia. Bisa dipahami bahwa programmer itu waktunya tersita di kerjaan. Media ini bisa membantu mereka mengatasi masalah, menjadi sarana belajar untuk meningkatkan kemampuannya.

      Untuk membuat startup, saya rasa itu pilihan saja. Sebab walaupun ada programmer yang kualitas kerjanya baik sekali, belum tentu dia mau bikin startup karena bukan panggilan jiwanya. Kita endorse sih oke-oke aja, bagus kalau ada yang terinsipirasi jadi bikin bisnis dari situ.

      Soal membangun startup/bisnis, ada banyak aspek dan issue lain selain teknikal yang perlu edukasi misalnya leadership, keuangan, marketing, sales & promotion, distribusi, dan ini sudah lumayan banyak yang membahas.

      Bahan belajar yang masih sedikit itu misalnya bagaimana membangun industri software yang kuat di iklim usaha Indonesia, seperti apa kendala-kendala yang dihadapi ketika menjalankan perusahaan software, apa saja model atau best practice yang bisa kita serap dan aplikasikan di perusahaan kita.

      Nah kalau yang terakhir itu, lebih baik medianya dipisah. Biar programmer fokus ngomongin software, dan entrepreneur ngomongin bisnis.

      Cemana? 🙂

      Reply
  8. Zamrony P. Juhara

    Sekedar sharing.

    Dari yang saya amati. tanpa sistem reward yang jelas, biasanya media-media seperti ini akan macet tengah jalan (saya jadi teringat http://delphindo.wordpress.com). Reward tidak selalu terkait dengan uang, bisa berupa reward professional recognition atau kesempatan promosi bisnis.

    –Reward bukan uang–

    Ambil contoh codeproject.com, artikelnya ditulis oleh member tanpa bayaran, direview dan disetujui untuk dipublikasi oleh member (ini berguna untuk mencegah plagiarisme dan menghasilkan konten yang bermutu). Sebagai imbalannya, author dan reviewer diganjar nilai skor. Sistem skor ini berfungsi sebagai reward professional recognition, semakin tinggi skor Anda semakin visible member tersebut di codeproject.com. Semakin besar peluang member tersebut menampilkan profil bisnis mereka. Apapun yang dilakukan member di codeproject.com akan diberi skor, memberi komentar, menjawab pertanyaan, browsing artikel, menulis artikel. Author juga berhak menampilkan profil pribadi di artikel yang dia tulis (ini bisa dimanfaatkan untuk menampilkan profil bisnis, contoh http://www.codeproject.com/Articles/578213/Display-Twitter-statuses-in-Android ).

    Agar sistem reward ini bisa bekerja, Anda butuh traffic yang sangat besar. Ini PR terbesarnya. untuk bisa membuat traffic besar, Anda butuh konten yang kredibilitasnya bisa dipertanggung jawabkan (apalagi media yang mengulas topik bersifat teknikal).

    Pada awal berdiri, traffic akan minim sekali, suplai konten hanya bisa diharapkan bila Anda mempekerjakan staf untuk menulis dan mereview konten. Itu berarti siap-siap rogoh kocek sendiri. Menurut saya, sebagai awal, mempekerjakan 1-2 orang untuk full-time menulis dan mereview publikasi konten 1-2 artikel/hari terus menerus cukup untuk mulai meningkatkan traffic. Barengi juga tentunya dengan promosi. Jika mau serius, iklankan di media seperti Google Adword, Facebook. Jika mau menekan biaya promosi, milis group developer yang jadi target bisa diikuti sembari aktif memberi kontribusi di milis.

    –Reward uang–

    Untuk artikel lepas pemrograman, sepengetahuan saya berkisar 500 ribu -1 juta rupiah / per artikel tergantung kualitas dan panjang artikel. Jika acuannya media luar negeri (dahulu Borland menawarkan USD 250 untuk artikel yang disetujui untuk publikasi. Namun besaran pastinya, rasanya selalu bisa dinegosiasikan.

    Website lain (contoh http://www.howtodothings.com/computers-internet/how-to-turn-onoff-monitor-with-delphi ) menerapkan strategi bagi hasil pendapatan dari klik iklan yang tampil pada halaman artikel yang ditulis. Jaringan iklan Google Adsense mengijinkan sistem bagi hasil ini. Dengan ini, penulis artikel tidak dibayar dari tulisannya tapi ia berhak menampilkan iklan Adsense mereka di halaman artikel yang ditulis. Tiap uang dari klik iklan yang dihasilkan dari artikel tersebut sebagian menjadi hak penulis. Besaran adil persentase bagi hasilnya ditentukan sendiri oleh media penerbit.

    — Isu plagiarisme–

    Untuk mencegah plagiarisme, kebijakan review ketat harus diterapkan. Yang cukup efektif adalah melibatkan member lain seperti pada codeproject.com. Semakin banyak mata mengawasi, semakin mudah mencegah isu pencontekan. Cara lain adalah mempekerjakan staf khusus untuk mereview publikasi konten dalam jumlah cukup.

    Cuma di Indonesia, sayangnya orang kadang tidak menghargai hasil kerja orang lain. Berbekal Google dan kata kunci yang pas, saya beberapa kali menemukan artikel yang saya tulis untuk sebuah majalah komputer di Indonesia tiba-tiba muncul di beberapa website tanpa sepengetahuan saya (bahkan sempat ada yang mempostingnya di blog website toko komputer yang membayar tiap artikel yang ditulis).

    Yang jelas, harus ada aturan yang jelas tentang isu ini. Biasanya aturan ini dibuat untuk melindungi media penerbit dari tuntutan plagiarisme. Contohnya harus dinyatakan jelas dalam syarat ketentuan bahwa penulis artikel harus memastikan bahwa semua materi tulisan termasuk gambar + video + source code bebas bukan hasil jiplak dan penulis adalah orang yang bertanggung jawab bila ada tuntutan hukum terkait tulisan itu. Bila perlu dibuat perjanjian tertulis yang ditandatangani di atas materai.

    –Mekanisme pembayaran honor–
    Saya rasa ini fleksibel. Untuk memudahkan tata kelola keuangan dan pajak, honor bisa dibayar akhir periode (baca:akhir bulan) setelah artikel dipublikasi atau dibayarkan sampai akumulasi dana sejumlah tertentu.

    Itu saja informasi dari saya.

    Reply
  9. Fery Wardiyanto

    Brilliant bang!

    Dari apa yg saya tau, memang di negri ini belum banyak media seperti itu yg berkualitas. Saya pribadi cenderung memilih untuk mencari resource dari luar, walopun English saya masih pas2an toh masih ada G-Translate ;). Saya pribadi sempet terfikir ide yg sama tp masih belum tau cara untuk mewujudkannya terutama untuk masalah Sumber Daya (Manusia, Keuangan & Waktu), banyak sekali yg harus saya pelajari untuk mewujudkannya.

    Bicara soal Edukasi, untuk pemantapan pemahaman itu sendiri memang diperlukan adanya edukasi yg lebih intensif & intuitif, jadi siapapun yg “sedang belajar” akan dapat mudah untuk memahami apa yg disampaikan. contoh kecil adalah Code School yg menurut saya sangat interaktif & tiap materinya sangat mudah untuk dipahami. Code School bukan seperti media belajar pada umumnya dimana kita hanya melihat seseorang berbicara/menjelaskan saja, melainkan kita akan menjalankan praktik langsung setelah menonton/membaca materi yg disampaikan.

    Nah, bisara soal technopreneurship, bisnis dalam industri software di indonesia. Saya yakin sudah banyak Perusahaan atau Perorangan dalam bidang ini, dapat disimpulkan kalau kedepannya peluang usaha dalam bidang ini akan semakin menyempit. Tp coba kita sedikit putar arah, maksudnya tidak lagi menjadikan bisnis software sebagai target melainkan penyediaan layanan tertentu buat programer / developer. Mungkin serperti Invoice yg bisa mereka pakai ke klien mereka & teritegrasi ke bank2 nasional dgn tujuan pembayaran jd bisa lebih mudah. atau fasilitas lain misal seperti yg disebutin diatas yaitu Source Control yg bisa mereka gunain buat playground a.k.a oprak-oprek srouce & terintegrasi ke github (misalnya) dan masih buanyak lagi ide lain tentunya yg menurut saya perlu diimplementasikan di indonesia (kedepannya).

    ini pendapat saya saja ^_^

    Reply

Leave a Reply to Leksa (@leksa) Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.